3 Peristiwa Penting di Bulan Sya’ban

3 Peristiwa Penting di Bulan Sya’ban

Setelah berakhirnya bulan Rajab, kini kita sudah berada pada bulan Sya’ban 1445 H. Pada bulan yang menjadi penanda akan segera tibanya bulan Ramadhan ini, ada banyak keutamaan dan peristiwa penting yang pernah terjadi dalam sejarah Islam.

Meski begitu, karena keberadaannya diapit oleh dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan, maka keutamaan di bulan Sya’ban sering dilupakan., atau terabaikan. Seperti sabda Rasulullah 

“Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa (HR Abu Dawud dan Nasa’i).”

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah, bahwa Rasulullah saw tidak pernah berpuasa (sunnah) lebih banyak daripada ketika bulan Sya’ban. Riwayat ini kemudian mendasari kemuliaan bulan Sya’ban di antara bulan Rajab dan Ramadhan. 

Pada bulan ini, sungguh Allah banyak sekali menurunkan kebaikan-kebaikan berupa syafaat(pertolongan), maghfirah (ampunan), dan itqun min adzabin naar (pembebasan dari siksaan api neraka). 

Keistimewaan bulan ini juga terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nisfu Sya’ban. Istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban.

Kaum Muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah swt, dan pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.

Seperti telah disebutkan di awal, selain memiliki keutamaan, ada sejumlah peristiwa penting yang  terjadi pada bulan Sya’ban. Setidaknya ada tiga peristiwa penting, dilansir dari NU Online.   

Pertama, peralihan kiblat. 

Peralihan kiblat yang dimaksud adalah dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Menurut Al-Qurthubi ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 144 dalam kitab Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti mengatakan, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya’ban.

Peralihan kiblat ini merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Nabi Muhammad saw. Bahkan disebutkan, Nabi Muhammad saw berdiri menghadap langit setiap hari menunggu wahyu turun perihal peralihan kiblat itu seperti Surat Al-Baqarah ayat 144 berikut:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

Artinya: Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.


Kedua, penyerahan rekapitulasi keseluruhan amal kepada Allah swt.

Pada bulan ini semua amal kita yang telah dicatat oleh malaikat diserahkan kepada Allah swt. Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki mengutip sebuah hadits riwayat An-Nasa’i yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad saw: Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban


Kemudian Rasulullah saw menjawab, “Banyak manusia yang lalai di bulan Sya’ban. Pada bulan itu semua amal diserahkan kepada Allah swt. Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah, aku dalam keadaan puasa.”
Penyerahan amal yang dimaksud dalam hal ini adalah penyerahan seluruh rekapitulasi amal kita secara penuh. Meski menurut Sayyid Muhammad Alawi, ada beberapa waktu tertentu yang menjadi waktu penyerahan amal kepada Allah selain bulan Sya’ban, yaitu setiap siang, malam, setiap pekan.
Ada juga beberapa amal yang diserahkan langsung kepada Allah tanpa menunggu waktu-waktu tersebut, yaitu catatan amal shalat lima waktu. 


Ketiga, diturunkannya ayat tentang anjuran shalawat untuk Rasulullah saw.

Pada bulan Sya’ban juga diturunkan ayat anjuran bershalawat untuk Nabi Muhammad saw, yaitu Surat Al-Ahzab ayat 56. 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. Ibnu Abi Shai Al-Yamani mengatakan, bulan Sya’ban adalah bulan shalawat. Karena pada bulan itulah ayat tentang anjuran shalawat diturunkan.

Demikianlah penjelasan tentang keutamaan di bulan Sya’ban dan peristiwa penting yang pernah terjadi dalam sejarah Islam. semoga kita dapat mengambil hikmahnya, dan makin baik dalam mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadhan.

Bulan ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat islam diseluruh dunia. Bulan yang didalamnya penuh dengan keberkahan, rahmat dan maghfiroh yang diturunkan oleh Allah swt. Walau sedang berpuasaa tetapi santri tetap mengikuti semua kegiatan di pesantren. Karena tanpa adanya kegiatan di pesantren maka bagaikan makanan tanpa garam. Rasanya tak berdaya apabila pesantren tidak ada kegiatan.

Dengan kegiatan inilah santri akan memiliki banyak pengalaman untuk mengahadapi masa depan dan nantinya ketika menghadapi dunia luar menjadi tidak kaget, takut, minder dan lainnnya.Tentunya dengan kegiatan inilah yang akan membuat santri lebih dalam mengenal kehidupan. Oleh karenanya santri tetap mengikuti kegiatan dengan semangat dan ceria.

Adanya kegiatan di bulan Ramadhan tidaklah membuat santri lemah dan putus asa. Akan tetapi dengan kegiatanlah waktu yang dimiliki seakan-akan cepat atau tidak terasa waktu berbuka puasa cepat tibanya.

Kegiatan Ramadhan yang dilaksanakan Yayasan Al Ikhlas ponorogo ini bisa dibilang sangat padat dimulai dari melaksanakan shalat tarawih, ngaji al qur’an hingga ngaji kitab kuning dan tentunya dengan mengikuti anjuran pemerintah yakni dengan mematuhi protokol Kesehatan.

Dari sekian banyak kegiatan godaan yang sangat kuat adalah mengantuk pada saat mengaji malam apalagi bagi santri yang berbuka dengan banyak makanan.

Mengaji kitab kuning kita harus senantiasa mendengar dan menulis jika kita kalah dengan godaan tersebut tentu kitab tidak akan terisi dan tentunya kita harus menembel bagian yang kosong tersebut. Menembel kitab tidak sama dengan menyalin buku catatan teman soalnya kitab diisi dengan huruf arab pego bukan dengan latin.

Kecuali jika kita memilih menahan ngantuk maka kitab kita tetap terisi dan tidak pusing untuk menembel. Dari sini kita belajar berfikir kritis antara kegiatan dan akibatnya.

Ketika mengaji malam juga kita harus tahan untuk duduk lama karena biasanya mengaji kitab kuning menghabiskan waktu satu jam lebih maka dari sini kita belajar tetap tenang duduk ketika berzikir dalam waktu yang lama. Dan pada malam lailatul qadar insyaAllah kita bisa tahan duduk lama sambil berzikir pada Allah…

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *